Suatu
saat, ada seorang pencuri pada zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu
anhu yang hendak dihukum potong tangan, lalu dia beralasan dengan takdir seraya
mengatakan, “Saya mencuri begini karena takdir allah. “Mendengar ucapan pencuri
tersebut, Umar pun menjawab, “Dan saya juga akan memotong tanganmu dengan
qadha’ dan takdir Allah.”(Syarh Aqidah Thahawiyyah 1/135 oleh Ibnu Abil
Izzi al-Hanafi)
Kisah ini memberikan faedah kepada kita bahwa takdir tidak
boleh dijadikan sebagai alasan untuk melakukan dosa atau maksiat. Itu hanyalah
perlaku paara zindiq dan orang jahil semata. Beralasan takdir baru
dibenarkan dalam masalah musibah. Dahulu dikatakan :
القَدَرُ يُحْتَجُّ
بِهِ فِي الْمَصَا ئِبِ لاَ فِي الْمَعَايِبِ
“Takdir dijadikan alasan dalam musibah buka untuk
maksiat.” (Lihat secara luas dalam al-Imam
bil Qadha’ wal Qadar hlm. 81-87 oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd)
Dikutip dari majalah al-Furqon

Tidak ada komentar:
Posting Komentar