Ketika Imam ad-Daruquthni masih
remaja, dia pernah hadir di majelis Isma’il ash-shaffar yang tengah meng-imla’
(mendiktekan) hadits kepada murid-muridnya, namun ad-Daruquthni malah
menyalin kitab hadits lainnya. Maka dia ditegur oleh sebagian hadirin,”Kamu
tidak bisa mendengar imla’ syaikh secara bagus jika kamu mendengarnya
sambil menyalin buku lainnya.”ad-Daruquthni menjawab,”Pemahamanku berbeda
dengan pemahamanmu.”Temannya lanjut bertanya,”Kalau begitu,sudah berapa hadits
yang telah didektekan oleh syaikh hingga sekarang?” ad-Daruquthni menjawab,”Sebanyak
delapan belas hadits, kemudian dia menyebutkannya secara hafalan di luar kepala
lengkap dengan sanad dan matan haditsnya.” Maka seluruh hadirinpun heran dengan
kekuatan hafalannya. (Tarikh Baghdad 12/36 oleh al-Khatib al-Baghdadi,al-Bidayah
wa an-Nihayah 11/317 oleh Ibnu Katsir)
Al-Hafidz
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,”Dan adalah guru kami Abul Hajjaj
al-Mizzi-semoga Allah merahmatinya-menulis ketika di majelis yang semestinya
mendengarkan saja, bahkan kadang-kadang beliau mengantuk, namun beliau bisa
membetulkan ahli baca secara jelas sekali, sehingga ahli bacanya bingung
terheran-heran, bagaimana dia salah bacapadahal dia bangun dan sadar, sedangkan
syaikh yang mengantuk bisa lebih perhatian daripadanya!!Demikianlah anugerah
yang Allah berikan kepada sebagian hambaNya yang dikehendaki. (Ikhtisar
Ulumil Hadits-al-Baitsul Hadits 1/340-341,tahqiq Syaikh Ali Hasan
al-Halabi)
Kisah-kisah
ini menunjukkan tentang kehebatan ulama dalam hafalan mereka. Oleh karenanya,
as-Subki berkata setelah menceritakan beberapa kisah serupa, maka beliau
berkomentar,”Ini termasuk perkara yang menakjubkan dan mengherankan.” (Thabaqat
Syafi’iyyah 10-397)
Dikutip dari majalah
al-Furqon